Jejak Ngopiso-APSSI dalam penanganan pandemi Covid 19
PortalAPSSI.id. Ngopiso APSSI (Ngopi sore Sosiolog) merupakan kelembagaan intelektual kalangan sosiolog Indonesia yang lahir selama masa pandemi sejak April 2020.
Ngopiso-APSSI diinisiasi oleh Novri Susan (sosiolog Unair) sebagai Ketua Divisi Publikasi APSSI pada pertengahan April 2020. Beberapa figur sosiolog seperti Dr. Rakhmat Muhammad (sosiolog Unhas) sebagai Ketua III APSSI, Dr. Anis Farida (UIN Sunan Ampel), Prof. Rilus Kinseng (sosiolog IPB) dan Dr. Harmona Daulay (sosiolog USU) adalah lokomotif yang ikut mendorong pelembagaan Ngopiso-APSSI.
Awal kelahiran
Ngopiso-APSSI lahir dalam konteks pandemi Covid-19 yang mana pandemi menyebabkan ancaman kesehatan dan kematian secara masif. Kebijakan pencegahan penyebaran Covid-19 sangat terkait dengan perilaku sosial, yaitu perilaku protokol kesehatan. Permasalahan muncul ketika protokol kesehatan mengharuskan perubahan perilaku sosial secara radikal.
Protokol kesehatan mensyaratkan ada pereduksian signifikan kontak fisik antar individu dan kelompok, pemakaian masker medis, cuci tangan dengan sabun atau penggunaan hand sanitizer. Beberapa syarat protokol kesehatan terutama kontak fisik dan masker merupakan norma sosial baru yang berbenturan dengan nilai-norma sosial masyarakat Indonesia secara umum.
Pemerintah mengeluarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pertama kali pada 31 Maret 2022. Kebijakan ini menjadi polemik akademis beragam baik pro dan kontra. Terlepas dari polemiknya, PSBB menjadi kebijakan yang melarang aktivitas sosial dengan kontak fisik pada skala antar individu dan kelompok (kerumunan).
Nilai-norma sosial masyarakat Indonesia menempatkan kontak fisik seperti jabat tangan, pertemuan kolektif santai, silaturahmi, sampai ibadah bersama sebagai puncak moral bersama (moral conscience). Oleh karena itu norma protokol kesehatan mengalami benturan sangat kuat. Selama kebijakan PSBB masih banyak masyarakat yang enggan dan melawan kebijakan PSBB. Pada saat bersamaan, kalangan sosial akar bawah menghadapi persoalan pendapatan yang bertumpu pada aktivitas fisik sehari-hari.
Nilai-norma protokol kesehatan berkepentingan terhadap keselamatan kesehatan, sedangkan nilai-norma masyarakat berkepentingan atas moral bersama. Perbedaan kepentingan tersebut menyebabkan benturan yang ditandai oleh perlawanan-perlawanan mikro di berbagai tempat. Bentrokan antara Satpol PP dengan pedagang kaki lima, pelaksana ketertiban protokol kesehatan dengan pengguna jalan raya, dan lain sebagainya. Benturan ini adalah masalah sosial serius selama pandemi Covid-19.
Masalah sosial pandemi Covid-19 menjadi salah satu faktor dari terus meningkatnya korban jiwa akibat virus Covid-19. Krisis dari masalah sosial tersebut harus diatasi bukan hanya dari pendekatan medis, namun pendekatan sosiologis. Maka lahirlah Ngopiso-APSSI yang berusaha mengumpulkan para sosiolog Indonesia untuk melakukan kajian akademis dan sekaligus upaya transformasi sosial melalui diskursus ruang publik.
Para sosiolog bekerja
Misi awal Ngopiso-APSSI adalah mengumpulkan para sosiolog yang memiliki keahlian pengelolaan sosial. Para sosiolog memberikan analisis sosial terkait masalah pandemi dalam masyarakat Indonesia dengan berbagai perspektif teoretis dan empiris. Kerja ini merupakan kesukarelaan demi menyelamatkan masyarakat Indonesia. Setiap sosiolog yang menjadi narasumber tidak mendapatkan kompensasi material sama sekali.
Sejak April 2020, telah berlangsung 15 kali pertemuan sosiolog dalam Ngopiso-APSSI.
Ngopiso-APSSI dilaksanakan setiap dua minggu sekali dengan rata-rata 150-300 kehadiran baik dari kalangan sosiolog, rumpun ilmuwan sosial, dan aktivis sosial.
Hasil dari kajian Ngopiso-APSSI menjadi catatan-catatan penting yang dibagikan kepada seluruh stakholder termasuk pemerintah melalui jaringan APSSI.
Kontribusi para sosiolog melalui Ngopiso-APSSI dalam melakukan transformasi sosial pandemi merupakan jejak penting dari kiprah sosiolog Indonesia. Indonesia menjadi salah satu negara terbaik dunia dalam penanganan pandemi Covid-19 yang tentu ada peran sosiolog Indonesia dalam pencapaiannya.
—